Perkembangan Perencanaan Pendidikan dan
Aliran Perencanaan Pendidikan
A.
Definisi
perencanaan pendidikan
Dari berbagai pendapat atau definisi yang
dikemukakan oleh para pakar manajemen, antara lain :
a.
Menurut,
Prof. Dr. Yusuf Enoch
Perencanaan
Pendidikan, adalah suatu proses yang mempersiapkan seperangkat alternatif keputusan bagi kegiatan masa depan yang
diarahkan kepada pencapaian tujuan dengan usaha yang optimal dan
mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada di bidang ekonomi, sosial budaya
serta menyeluruh suatu Negara.
b.
Beeby,
C.E.
Perencanaan
Pendidikan adalah suatu usaha melihat ke masa depan dalam hal menentukan
kebijaksanaan prioritas, dan biaya pendidikan yang mempertimbangkan kenyataan
kegiatan yang ada dalam bidang ekonomi, social, dan politik untuk mengembangkan
potensi system pendidikan nasioanal memenuhi kebutuhan bangsa dan anak didik
yang dilayani oleh system tersebut.
c.
Menurut Albert Waterson (Don Adam 1975)
Perencanaan
Pendidikan adalah investasi pendidikan yang dapat dijalankan oleh kegiatan-kegiatan
pembangunan lain yang didasarkan atas pertimbangan ekonomi dan biaya serta
keuntungan sosial.
Jadi,
definisi perencanaan pendidikan apabila disimpulkan dari beberapa pendapat
tersebut, adalah suatu proses intelektual yang berkesinambungan dalam
menganalisis, merumuskan, dan menimbang serta memutuskan dengan keputusan yang
diambil harus mempunyai konsistensi (taat asas) internal yang berhubungan
secara sistematis dengan keputusan-keputusan lain, baik dalam bidang-bidang itu
sendiri maupun dalam bidang-bidang lain dalam pembangunan, dan tidak ada batas
waktu untuk satu jenis kegiatan, serta tidak harus selalu satu kegiatan
mendahului dan didahului oleh kegiatan lain.
B.
Sejarah Perkembangan
perencanaan pendidikan
2500 tahun yang lalu perencanaan
pendidikan itu sudah ada, dimana bangsa sparta telah merencanakan pendidikan
untuk merealisasikan tujuan militer, sosial dan ekonomi mereka. Plato dalam
bukunya “republik” menulis tentang : rencana pendidikan yang dapat menjamin
tersedianya tenaga kepemimpinan dan politik yang dibutuhkan oleh athena. Cina
dalam masa pemerintahan dinasti han dan peru pada masa kejayaan, inca
merencanakan pendidikan mereka untuk menjamin kelangsungan hidup negara
masing-masing.
Timbulnya aliran libralisme di eropa pada akhir
abad 18 dan 19 misalnya menghasilkan berbagai usul yang dinamakan “rencana
pendidikan”, dan “reformasi mengajar” sebagai sarana untuk mengadakan
reformasi sosial. Salah satu rencana yang terkenal pada saat itu adalah rencana
yang dibuat oleh diderot yang berjudul “plan d’une universite pour le
gouverment de russie” yang disiapkannya atas permintaan ratu catherina II.
Bangsa rusia 2/3 rakyatnya buta huruf pada saat
dibuatnya rencana 5 tahunan pertama yang dibuat 1923 menjadi salah satu negara
yang pendidikannya sangat maju dalam waktu kurang dari 50 tahun. Selain
bersumber dari perkembangan besaran seperti yang dikemukakan di atas
perencanaan pendidikan modern juga bersumber dari kegiatan yang bersifat rutin
seperti perencanaan pada suatu daerah tentang berapa banyak siswa/mahasiswa yang akan ditampung dalam satu lembaga
pendidikan, berupa banyak ruangan, guru, bangku, buku, dan sebagainya yang
diperlukan pada tahun berikutnya dan perencanaan rutin lainnya yang dilakukan
oleh para administrator pendidikan.
Pada tahap awal perkembangannya perencanaan
pendidikan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Merupakan
rencana jangka pendek yang pragmentaris, dan tidak terintegrasi lebih-lebih
kalau dilihat dari kebutuhan masyarakat.
2.
Tidak
berasifat dinamis dan fleksibel.
Ciri-ciri tersebut di atas sebetulnya merupakan
suatu kelemahan, usaha untuk mengatasinya adalah menyusun dan menerapkan
perencanaan pendidikan modern.
Di indonesia contoh sejarah perkembangan
perencanaan pendidikan adalah sejak dituangkannya konsep pendidikan di dalam
uud 1945, banyak lahir undang-undang dan peraturan pemerintah tentang
pendidikan.
C.
Proses Perencanaan Pendidikan
Ada enam tahap tentang
proses perencanaan pendidikan yaitu:
1.
Tahap Pra perencanaan
Di perguruan tinggi misalnya
kita mengenal pusat-pusat perencanaan. Pada tingkat diknas, kita mengenal biro
perencanaan. Seandainya badan atau bagian perencanaan itu tidak ada, maka tahap
pra perencanaan harus mulai dari:
a)
Menciptakan badan yang bertugas dalam melaksanakan fungsi
perencanaan.
b)
Menetapkan prosedur
perencanaan.
c)
Mengadakan
reorganisasi struktural mekanisme administrasi suatu lembaga agar mampu
berpartisipasi dalam proses serta implementasi perencanaan itu.
d)
Menetapkan mekanisme
serta prosedur untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan dalam
perencanaan.
Jika badan perencanaan itu
sudah ada, tugas pada tahap ini adalah meminta otoritas dalam pendidikan,
misalnya rektor untuk merumuskan tujuan yang ingin dicapai.
2.
Tahap perencanaan awal
Terdiri dari:
a)
Kegiatan diagnosis
Tahap diagnosis merupakan
kegiatan membandingkan output yang diharapkan dengan apa yang telah dicapai
sekarang. Diagnosis bertujuan untuk melihat apakah suatu rencana yang telah
dilaksanakan itu memadai dan relevan untuk mencapai tujuan secara efektif dan
efisien.
b)
Formulasi kebijakan
Kebijakan memberikan arah
kepada usaha memperbaiki kelemahan dan kekurangan suatu rencana. Kebijakan
harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga merupakan kerangka kerja dalam mana
keputusan-keputusan yang lebih kecil dan lebih terperenci dibuat.
Kegiatan merumuskan kebijakan disebut dengan formulasi kebijakan. Kebijakan
merupakan fungsi politis yang dibuat oleh orang yang berwenang dalam
organisasi pendidikan.
c)
Penilaian kebutuhan
d)
Perhitungan biaya
Dengan menggunakan data
tentang biaya tahun sebelumnya, tiap-tiap butir kebutuhan tersebut dihitung
biayanya dengan memperhatikan naik turunnya harga. Sesudah perhitungan biaya
ini selesai perencana dapat mengetahui jumlah keseluruhan biaya yang diperlukan
untuk seluruh program.
e)
Penetapan target.
Perencana melihat dan
meneliti kembali kebutuhan yang telah diidentifikasi, menetapkan prioritas
program dan menetapkan tingkat pencapaian yang realistik dari suatu tujuan yang
ditetapkan, sehingga dapat ditentukan program mana yang paling relevan dan
efektif, hal ini dilihat dari tersedianya dana
3.
Formulasi rencana
Perencanaan mempunyai dua
maksud. Pertama menyiapkan seperangkat keputusan yang akan diambil oleh
otoritas, ke dua menyediakan pola dasar pelaksanaan (blue-print for action)
yang akan dilaksanakan oleh berbagai satuan organisasi yang bertanggung jawab
dalam implementasi keputusan-keputusan tersebut.
Sehubungan dengan kedua hal
tersebut, otoritas memerlukan pernyataan (statement) yang jelas
tetang: apa yang akan yang diusulkan, mengapa diusulkan, dan bagaimana
pelaksanaannya. Ketiga hal tersebut adalah merupakan isi dari rencana
pendidikan. Persiapan untuk menyiapkan dokumen tersebut dinamakan formulasi
rencana, yang harus ditulis singkat lengkap dan padat.
4.
Elaborasi rencana
Rencana pendidikan pada
dasarnya adalah merupakan suatu dokumen singkat, padat dan lengkap. Dengan
demikian sebelum rencana itu diimplementasikan, perlu dilakukan
elaborasi. Artinya diperinci sedimikian rupa sehingga setiap tugas dari
unit-unit dalam organisasi pendidikan menjadi jelas.
Ada dua langkah yang harus
ditempuh dalam proses elaborasi yaitu:
a.
Pembuatan program (programming) yaitu membagi rencana
menjadi area-area pelaksanaan yang masing-masing mempunyai tujuan spesifik.
Tiap area pelaksanaan dinamakan program. Lazimnya program terdiri dari
kelompok kegiatan yang diawasi oleh unit administrasi yang sama.
b.
Identifikasi dan formulasi proyek. Tiap program terdiri dari
kelompok aktivitas-aktivitas sejenis yang dibuat dalam rangka menghitung dan
mengalokasikan dana dalam pelaksanaan. Kelompok kegiatan ini dinamakan proyek.
Tujuan proyek merupakan sub tujuan program dan merupakan tujuan yang spesifik.
Formulasi proyek adalah tugas untuk merinci siapa pelaksana, berapa besar
biaya, dimana tempat, berapa lama waktunya dan hal lain yang dianggap perlu
dalam suatu proyek.
Sebelum suatu rencana
dielaborasi dalam bentuk program dan proyek, rencana tersebut belum dapat
dilaksanakannya. Oleh karena itu pemrograman dan perumusan dalam proses
perencanaan harus dilakukan lebih dahulu. Kebanyakan rencana yang tidak dapat
dilaksanakan, diakibatkan oleh kelemahan dalam tahap pembuatan program ini.
5.
Implementasi rencana
Implementassi rencana
pendidikan dimulai pada saat proyek- proyek itu dilaksanakan. Disini proses
perencanaan bergabung dengan proses manajemen. Dengan menggunakan budget serta
rencana tahunan sebagai instrumen utama, kerangka kerja organisasi untuk
melaksanakan berbagai proyek dapat dikembangkan. Sumber-sumber manusia, dana
dan material kemudian dialokasikan untuk setiap proyek. Jadwal dan waktu suatu
proyek juga ditetapkan.
6.
Evaluasi dan perencanaan ulang.
Pada waktu melaksanakan
perencanaan pendidikan, ditetapkan pula mekanisme untuk mengevaluasi kemajuan
serta mendeteksi penyimpangannya. Proses evaluasi itu dilaksanakan secara
berkesinambungan.
D.
Aliran- aliran Pendidikan
1.
Aliran empirisme (aliran optimisme) Aliran ini dimotori oleh
John Locke. Aliran empirisme mengutamakan perkembangan manusia dari segi
empirik yang secara eksternal dapat diamati dan mengabaikan pembawaan sebagai
sisi internal manusia. Dengan kata lain pengalaman adalah sumber pengetahuan,
sedangkan pembawaaan yang berupa bakat tidak diakui. Manusia dilahirkan dalam
keadaan kosong, sehingga pendidikan memiliki peran penting yang dapat
menentukan keberadaan anak. Aliran ini melihat keberhasilan seseorang hanya
dari pengalaman (pendidikan) yang diperolehnya, bukan dari kemampuan dasar yang
merupakan pembawaan lahir.
2.
Aliran nativisme
(aliran pesimistik)Tokoh aliran ini adalah Arthur Schoupenhauer. Aliran
nativisme menyatakan bahwa perkembangan seseorang merupakan produk dari
pembawaan yang berupa bakat. Bakat yang merupakan pembawaan seseorang akan
menentukan nasibnya. Aliran ini merupakan kebalikan dari aliran empirisme.
Orang yang “berbakat tidak baik” akan tetap tidak baik,sehingga tidak perlu
dididik untuk menjadi baik. Orang yang “berbakat baik” akan tetap baik
dan tidak perlu dididik, karena ia tidak mungkin akan terjerumus menjadi tidak
baik.
3.
Aliran naturalisme Aliran ini dipelopori oleh J.J. Rousseau.
Aliran naturalisme menyatakan bahwa semua anak yang dilahirkan pada dasarnya
dalam keadaan baik. Anak menjadi rusak atau tidak baik karena campur tangan
manusia (masyarakat). Pendidikan hanya memiliki kewajiban untuk memberikan
kesempatan kepada anak untuk tumbuh dengan sendirinya. Pendidikan hendaknya
diserahkan kepada alam. Dalam mendidik seorang anak hendaknya dikembalikan
kepada alam agar pembawaan yang baik tersebut tidak dirusak oleh pendidik.
4.
Aliran konvergensi
Aliran ini dipelopori oleh William Stern. Aliran ini menyatakan bahwa bakat,
pembawaan dan lingkungan atau pengalamanlah yang menentukan pembentukan pribadi
seseorang. Pendidikan dijadikan sebagai penolong kepada anak untuk mengembangkan
potensinya. Yang membatasi hasil pendidikan anak adalah pembawan dan
lingkungannya. Aliran ini lebih realitis, sehingga banyak diikuti oleh pakar
pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar